Teknologi WiMAX di Indonesia cepat atau lambat akan
diterapkan operator di Indonesia yang telah menerapkan teknologi 3G dan 3,5G.
Teknologi WiMAX dikelompokkan ke dalam teknologi 3G yang merupakan hasil dari
World Radio Conference (WRC-07), yang menyatakan bahwa WiMAX, WCDMA, CDMA2000,
TD-SCDMA, EDGE dan ECT merupakan teknologi 3G. Saat ini lima operator seluler
telah menerapkan teknologi 3G yang berjalan pada frekuensi 2.1Ghz. Sedangkan
WiMAX akan berjalan di frekuensi 2.3Ghz.
Dalam penerapannya yang diadopsi adalah WiMAX Mobile
menggunakan OFDM/OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiplexing Access).
Pemakaian OFDM ini memberikan keuntungan dalam cakupan wilayah, instalasi,
konsumsi biaya, penggunaan frekuensi dan efisiensi pita frekuensi. WiMAX Mobile
dengan standar 802.16e memiliki kemampuan hand over atau hand off
seperti pada teknologi komunikasi seluler yang sudah diterapkan.
Penerapan teknologi WiMAX oleh operator diharapkan
akan menurunkan biaya akses internet. Tingginya harga bandwidth lokal
yang sekarang ini karena menggunakan teknologi serat optik. Mahalnya harga bandwidth
menjadi pemicu kurang berkembangannya internet di Indonesia. Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia berharap operator dan penyedia jasa
internet segera membangun infrastruktur WiMAX, sehingga internet dapat
dinikmati masyarakat dengan harga yang terjangkau.
WiMAX dapat lebih menghemat biaya penggunaan energi
(berdasarkan ABI Research – Mobile Devices and Mobile Broadband). WiMAX juga dapat mengakomodasi 11 kali rata-rata pemakaian
data saat ini dan tetap lebih efisien dalam penggunan energi dibandingkan WCDMA
atau HSDPA. Pada percobaan di Jerman oleh T-Mobile, penggunaan teknologi
WiMAX dapat mengurangi konsumsi energi sebesar 30-40% daya listrik, mengurangi call
drop atau kegagalan panggilan, masing-masing 15% dan 40%. Selain itu WiMAX
juga tidak membutuhkan investasi yang besar karena hanya menggunakan gelombang
radio atau frekuensi. Hal ini tentu akan mengurangi biaya yang besar dari
operator, sehingga patut dipertimbangkan oleh operator di Indonesia untuk
mengadopsi teknologi ini lebih cepat.
Standard an Frekuensi WiMax
Standar yang
digunakan WiMAX mengacu pada standar IEEE 802.16. Varian dari standar 802.16
ini ialah : 802.16, 802.16a, 802.16d dan 802.16e. Varian standar 802.16 yang
diadopsi WiMAX untuk penggunaan komunikasi tetap atau Fixed Wireless Access
(FWA) adalah 802.16d atau 802.16-2004 yang telah direvisi pada tahun 2004.
Selanjutnya, varian yang digunakan untuk komunikasi bergerak (mobile) ialah
802.16e.
Standar
802.16d diperuntukan bagi layanan yang bersifat fixed maupun nomadic.
Sistem ini menggunakan OFDM dan mendukung untuk kondisi lingkungan LOS dan
NLOS. Perangkat 802.16d biasanya beroperasi pada band frekuensi 3.5 GHz dan 5.8
GHz. Profile dari standar 802.16 d tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Standar
WiMAX 802.16e mendukung untuk aplikasi portable dan mobile sehingga
dikondisikan mampu handoff dan roaming. Sistem ini menggunakan
teknik SOFDMA, teknik modulasi multi-carrier yang menggunakan sub-channelisasi.
802.16e juga bisa dimanfaatkan untuk meng-cover pelanggan yang bersifat fixed
(tetap). 802.16e memanfaatkan band frekuensi 2.3 GHz dan 2.5 GHz.
Topologi WiMax
Topologi
jaringan WiMAX dapat dibagi menjadi 2 kategori besar yaitu Point to Multipoint
(PMP) dan Point to Point (P2P) serta dapat dikembangkan dalam bentuk mesh.
Topologi PMP biasanya digunakan untuk melayani akses langsung ke pelanggan.
Dalam topologi ini BS WiMAX digunakan meng-handle beberapa SS. Kemampuan
dari jumlah subscriber tergantung dari tipe QoS yang ditawarkan oleh operator.
Bila tiap SS mendapatkan bandwidth yang cukup besar maka dapat disimpulkan
bahwa kapasitas jumlah user juga akan semakin berkurang dan sebaliknya bila
bandwidth yang dialokasikan semakin sedikit maka kapasitasnya akan semakin
besar. Topologi P2P dapat digunakan untuk backhaul maupun dapat juga digunakan
untuk komunikasi antara BS WiMAX dengan single SS. Dalam implementasi di
lapangan, topologi PMP ini lebih banyak digunakan karena lebih efisien
dibandingkan dengan P2P. Dengan kedua topologi di atas, WiMAX dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai topologi seperti mesh maupun gabungan atas
integrasi antara point to point dan point to multipoint.
Pada
dasarnya WiMax beroperasi seperti halnya WiFi tetapi dengan kecepatan lebih
tinggi, jangkauan yang lebih luas dan untuk jumlah user yang lebih banyak.
WiMax dapat menghilangkan black out area di daerah pinggiran dan pedalaman yang
tidak memiliki broadband internet access karena perusahaan telekomunikasi belum
berhasil memasang kabel untuk menghubungkan daerah ini dengan jaringannya.
Sistem WiMax
terdiri atas 2 bagian:
- 1. WiMax Tower, memiliki konsep yang sama dengan tower telpon seluler. Sebuah tower WiMax memiliki coverage yang sangat luas, yaitu sekitar 8 km2
- 2. WiMax receiver – perangkat receiver atau antena dapat berupa sebuah kotak kecil atau PCMCIA card, atau bisa juga build-in dalam laptop seperti WiFi access saat ini.
Menara WiMax
dapat terhubung secara langsung ke Internet dengan mempergunakan koneksi kabel
berkecepatan tinggi (contohnya, sambungan T3). Selain itu juga dapat terhubung
ke menara WiMax lainnya dengan mempergunakan line-of-sight backhaul, sebuah
sambungan microwave. Hubungan dengan menara kedua ini, yang sering disebut
sebagai backhaul, bersama dengan coverage dari menara individual yang mencapai
8 km2, membuat WiMax bisa menjangkau daerah-daerah yang tidak mampu
dicapai oleh jaringan kabel.
WiMax
memiliki 2 jenis layanan wireless
- Non-Line-Of-Sight, jenis layanan seperti WiFI, dimana sebuah antenna kecil pada perangkat terhubung ke menara. Dalam layanan ini, WiMax mempergunakan lower frequency range – 2 GHz sampai 11 GHz (sama dengan WiFi). Transmisi dengan gelombang berfrekuensi rendah ini tidak mudah diganggu oleh hambatan fisik, lebih mudah membelok bila mendapati sebuah hambatan2.
- Line-Of-Sight, dimana sebuah menara WiMax terhubung langsung ke menara lainnya. Koneksi line-of-sight lebih kuat dan stabil, sehingga koneksi ini mampu mengirimkan banyak data dengan tingkat error yang rendah. Tranmisi line-of-sight mempergunakan frekuensi yang lebih tinggi, dengan kemampuan sampai pada 66GHz. Pada frekuensi yang lebih tinggi terdapat interferensi yang lebih rendah dan bandwidth yang lebih besar.
Tahap akhir
dari skala area network adalah global area network(GAN). Proposal untuk GAN
adalah IEEE 802.20. GAN yang sebenarnya bekerja sangat mirip dengan
jaringan telpon seluler masa kini, dengan user yang mampu berkeliling suatu
Negara dan tetap memiliki akses ke jaringan pada setiap saat. Jaringan ini
mampu untuk memiliki bandwidth yang cukup untuk menyediakan layanan internet
yang sebanding dengan layanan kabel modem, tetapi bisa diakses secara mobil
oleh perangkat yang senantiasa online seperti laptop ataupun smartphone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar